Wednesday, November 16, 2011

Sebuah Romansa dari Menoreh...

nama Kabupaten Menoreh berubah menjadi Kabupaten Temanggung. Persetujuan ini berbentuk Resolusi Pemerintah Hindia Belanda Nomor 4 Tanggal 10 Nopember 1834. (source Wikipedia)

Romansa kali ini bercerita tentang sebuah perjalanan saya di sebuah kabupaten di bawah kaki Gunung Sindoro, dengan hawa yang sangat sejuk. Kabupaten ini menarik bagi saya karena romansa alam yang membuat takjub sejauh mata memandang, kabupaten ini terkenal dengan nama Temanggung dengan slogan “Bersenyum”.
Perjalanan ini sebenarnya dalam rangka Idul Qurban 1432H yang lalu, kebetulan “kantor” punya hajatan gedhe yaitu “Boyong Kambing” jadi direct delivery hewan kurban hehehe… dimulai perjalanan malam hari kira-kira sudah jam 20.00 malam, kami semobil memulai perjalanan menembus gelapnya malam dengan rute trans semarang-sumowono-temanggung. Sesampainya di kawasan sumowono yang berada di ketinggian ±400m dpl, kabut tebal pun menyergap mobil yang mengangkut rombongan kami di atas jalan somowono.
Setelah 60menit berjalan dengan sangat ngeri di bukit sumowono yang memisahkan kabupaten semarang dan kabupaten temanggung, akhirnya kami pun sampai di kota temanggung tepatnya di alun-alun kota temanggung di sebelah timur masjid agung Darussalam Kab Temanggung. 
aloen-aloen temanggoeng

Disini sambil melepas lelah setelah perjalanan melelahkan sekaligus menegangkan kami sempatkan untuk mampir di sebuah kucingan(semarangan)/hik (solo-nan)/ angkringan (jogja-nan) di pinggir sebelah selatan alun-alun kota temanggung.
masjid agung temanggung


Sejenak kita runut sejarah Kabupaten yang konon dulu bernama Menoreh itu, konon Temanggung terbentuk karena Berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Hindia Belanda, Nomor 11 Tanggal 7 April 1826, Raden Ngabehi Djojonegoro ditetapkan sebagai Bupati Menoreh yang berkedudukan di Parakan, dengan gelar Raden Tumenggung Aria Djojonegoro. Setelah perang Diponegoro berakhir, beliau kemudian memindahkan Ibu Kota ke Kabupaten Temanggung. Kebijaksanaan pemindahan ini didasarkan pada beberapa hal; Pertama, adanya pandangan masyarakat Jawa kebanyakan pada sat itu, bahwa Ibu Kota yang pernah diserang dan diduduki musuh dianggap telah ternoda dan perlu ditinggalkan. Kedua, Distrik Menoreh sebuah daerah sebagai asal nama Kabupaten Menoreh, sudah sejak lama digabung dengan Kabupaten Magelang, sehingga nama Kabupaten Menoreh sudah tidak tepat lagi. Mengingat hal tersebut, atas dasar usulan Raden Tumenggung Aria Djojonegoro, lewat esiden Kedu kepada Pemerintah Hindia Belanda di Batavia, maka disetujui dan ditetapkan bahwa nama Kabupaten Menoreh berubah menjadi Kabupaten Temanggung. Persetujuan ini berbentuk Resolusi Pemerintah Hindia Belanda Nomor 4 Tanggal 10 Nopember 1834. (source Wikipedia)

eks Rel KA jalur Magelang-Temanggung-Parakan
setelah puas beristirahat dan menikmati suasana kota temanggung di malam hari, akhirnya kami menuju tempat basecamp kami di wilayah kecamatan bulu. pagi harinya ternyata ada fenomena unik yang jarang sekali saya temui di solo maupun semarang, temanggung pagi itu mendadak kedatangan tamu istimewa berupa kabut tebal yang sejuk, sejenak berjalan-jalan di sekitar basecamp kami, ternyata wilayah tersebut dulu pernah dilewati kereta api trans magelang-temanggung-parakan dengan eksotisme yang luarbiasa. namun ternyata eksotisme jalur yang dibangun oleh NIS (Nederland Indische Spoorweg Maatscapij) pada masa kolonial belanda ini harus berakhir tragis setelah akhir tahun 1980an harus ditutup karena berbagai macam faktor dan salah satu buktinya adalah menjadi portal jalan desa.

rumah yang jadi tempat penggerebekan teroris
romansa di kota ini tidak hanya sampai disini, romansa tentang pengerebekan teroris di wilayah kedu kab temanggung beberapa waktu yang lalu, tentunya sangat membekas dalam ingatan kita, dan sore itu saya pun berkesempatan untuk melihat langsung kondisi rumah yang dulu sempat menjadi trending topic di beberapa media massa nasional bahkan ada yag menyiarkan nya secara langsung dari tempat ini, sudah tidak adalagi tanda-tanda kerusakan akibat tembakan dan bom yang digunakan oleh polisi pada saat penggerebekan itu dilakukan beberapa waktu yang lalu. rumah yang sekarang bercat hijau ini sekarang menjadi saksi bisu dan menjadi monumen abadi bagi pemiliknya hihihi....
Malam harinya karena udara dingin kami berinisiatif untuk mencari sesuatu yang hangat, ngiras-ngirus kami akhirnya memutuskan untuk mencari di parakan ibukota kabupaten menoreh sebelum berubah status menjadi temanggung, mengapa demikian? Dikatakan Parakan karena bersemayam kyai yang disebut parak atau perek. Kyai Parak pertama berasal dari Yaman dan yang kedua dari pelarian Mataram ketika Amangkurat II memerintah dan dalam struktur pemerintahan zaman Belanda tidak pernah tercantum kelurahan Parakan melankan Jetis, Klewogan dan sebagainya namun dalam susunan berikutnya menjadi daerah kawedanan masih banyak yang harus diungkap tentang parakan termasuk perhatian pemerintah hindia belanda dengan parakan karena banyak pelarian tentara diponegoro yang mengungsi di Parakan sehingga Belanda sengaja menjadikan Parakan sebagai pusat candu agar generasi mudanya rusak dan sulit untuk bergolak menentang Belanda.
suasana kota parakan di malam hari
Parakan pernah menjadi pusat pemerintahan Kabupaten menoreh dengan bupati terakhir KRT. Sumodilogo yang membuat heboh dan meninggal dibunuh oleh tentara Diponegoro dimakamkan di Kalam Jolopo Krasak sedang kepalanya di Selarong, Yogyakarta. Menurut catatan ada beberapa ulama pengikut Pangeran Diponegoro yang bermukim di Temanggung al.Kyai Shuhada (source from wikipedia)

memang secara kasat mata, kota parakan walaupun brstatus sebagai kecamatan ternyata wilayahnya jauh lebih besar dari kota temanggung karena memang dulu adalah ibukota dari kabupaten menoreh yang pada akhirnya beralih nama menjadi kabupaten temanggung sampai saat ini.


itulah sepenggal kisah yang menarik dari romansa kota yang penuh dengan sejarah dan peninggalan masa kolonial, yang sampai sekarang masih menjadi bukti bahwa kota ini sangat eksotik walaupun termakan oleh zaman.

Tuesday, November 15, 2011

ijinkan aku memanggilmu Cinta

Apa kabarmu Cinta…?….Episode kehidupan itu makin menarik simpati naluriku, menawan kebebasan aliran darah pemikiranku…sungguh pun ketika bumi ini mengeluh dalam aktivitasnya berthawaf mengelilingi matahari maka pastilah seluruh apa yang ada di atas kulitnya akan berhamburan berserakan tanpa pandang bulu…
Tahukah engkau Cinta….?…Episode-Episode yang terselami dalam lubuk sanubari seorang pengembara di hutan belantara keterasingan memunculkan riak-riak yang terpendam jauh didalam telaga-telaga Qalbu yang tenang dan menyejukkan…bagaikan merajut kisah seorang anak muda yang mencari Rembulan di kala siang dan mencari Surya di kala malam…
Ingatkan engkau Cinta….?…saat pertemuan-pertemuan yang sungguh tak disangka, dimana semuanya mempunyai makna yang sangat dalam, di setiap penggalan kisahnya membentuk bait-bait puisi yang bersajak…
Masihkah engkau ragu Cinta…..?....dimana mata hati ini seakan terbuka dengan berbagai kenyataan yang tak kasat mata, dimana hanya bisa dipeluk rindu dengan nafas keimanan yang tinggi…tanpa memperdulikan gegap gempita dan sorak-sorai suara serangga malam, yang dipadu dengan lembutnya alunan orchestra sang bayu yang meniup lirih setiap sela jemari pepohonan yang berdiri angkuh menancapkan hegemoni cintanya…
Tunjukkan aku Cinta….!….apa yang akan menjadi penggalan kisah yang tersusun dalam episode-episode kita…ku yakin kalau engkaulah penggalan kisah yang hilang dalam potongan potongan puzzle kehidupanku…
Ajari Aku Cinta….!....untuk menyusun kepingan-kepingan puzzle itu dengan sentuhan dan belaian lembutmu…dimana Rahmat dan Kasih Sayang-Nya menjadi perekat jalinan yang akan kita rajut bersama…maka relakan aku untuk membersamai setiap tarikan dan hembusan nafasmu…
dan pada akhirnya ijinkanlah aku memanggilmu…….CINTA…dan mengukirnya dalam dinding sanubari kehidupan ku…